Alstroemeria & Bilberry ; by Shella Juliantri

ALSTROEMERIA & BILBERRY

Disebuah tempat berukuran 5×6 meter dengan 2 ranjang yang terlihat sudah bergelayut kebawah dan 1 lemari diisi oleh benda benda yang menimbulkan bau yang menyeruak mengisi ruangan seolah olah dialah yang menjadi pewangi di ruang ini. Suasana disini sepi dan sedikit pengap karena ventilasi udara yang sedikit. Aku menatap 1 ranjang dan berniat merebahkan diri disana. Ketika aku sedang merebahkan tubuhku, hanya suara denyitan yang ku dengar. Jelas saja karena ranjang ini terlihat seperti sudah lama. Aku mencoba memejamkan mataku untuk menenangkan pikiran ku. Tapi nihil mataku tidak bisa. Akupun kembali duduk di tepi ranjang, melamun dan menatap lurus entah apa yang dipikirkan. Tapi aku nyaman. Ralat, ini sangatlah nyaman. Saat sudah merasa puas, akupun beranjak dari UKS, saat aku membuka gagang pintu,
Bugh!
Rachel pun langsung memegangi kepalanya karena sedikit sakit dan memejamkan mata. Saat Rachel mebuka mata, "Gio?" gumamnya. "Acel, lo tuh kemana aja si? Gue cariin lo dari tadi, Bu Rina nyariin tuh gegara lo ga masuk jam pelajarannya selama 1 jam." sebelum Rachel menjawabnya, Gio sudah menarik tangan Rachel untuk menuju ke kelas.
Bel sekolah pun berbunyi dan terdengar seantero sekolah, menandakan bahwa semua jam pelajaran telah selesai. Rachel dan Gio berniat untuk pulang sekolah bersama. Saat keduanya sedang berjalan di koridor kelas XII, Rachel tiba-tiba berhenti dan otomatis Gio pun ikut berhenti karena melihat Rachel melamun sambil meratapi gedung utama yang menjadi pembatas SMA  dan SMP Ganesha. "Yo, anter gue ke makam Manda ya" ucap Rachel masih sambil menatap nanar gedung utama itu. "Cel udahlah, gue takut lo jadi kepikiran lagi masalah Manda" sebelum Gio melanjutkan perkataannya, Rachel langsung memotongnya. "Please Yo, kali ini aja. Gue kangen Manda. Kangen banget. Kalo aja saat itu gue ga nolak buat". "Udah cepet Cel. Gue anter lo" ujar Gio dan langsung berjalan mendahului Rachel. "eh iya Yo. Tungguin gue dong"ujar Rachel sambil berlari kecil mengejar Gio.
Suasana di pemakaman sangatlah sepi, mungkin bisa di bilang disini hanya ada Rachel dan Gio. "Halo cantik. Kakak kangen sama Manda, kangen banget. Maafin kakaj yaa, Manda. Kakak banyak salah sama Manda, Manda tau ga? Semenjak Manda ninggalin kita yang di rumah, rumah jadi sepi bangett gegara gada lagi yang cerewet kayak Manda. Kakak kangen Manda." ujar Rachel sambil menahan bendungan air mata yang sudah siap meluncur ke pipinya dan memaksakan senyum tipis sambil menatap batu nisan yang bertuliskan Amanda Alexian Putri binti Alexian Wijaya. Gio yang memandang Rachel ikut teraharu dan merasa diselubungi oleh rasa bersalahnya juga rasa menyesal. "Cel kita pulang aja ya, awannya udah mendung, Cel" ujar Gio. Kini Rachel yang terlihat selalu riang dan ceria, menjadi rapuh seketika. "Kaka nyesel banget Manda, kalo aja waktu itu kaka gak nolak buat"seketika Gio langsung memotong omongan Rachel. "Rachel lo denger gue ga? ini udah mau ujan, Rachel. Udah kita pulang aja" ujar Gio sambil membuang mukanya dan mengusap mukanya gusar. Rachel beralih menatap Gio dan meneteskan bendungan air mata yang sudah dari tadi ia tahan. "Gue pengen sama Manda dulu Yo" ujar Rachel sambil menatap lurus Gio. "Acel, gue takut lo kenapa-kenapa, lo belum makan, nanti kalo lo keujanan gimana Cel? Gue takut lo sakit Cel" ujar Gio sambil membalas tatapan Rachel. "Manda kaka pulang dulu ya, Manda baik baik ya disana, Manda juga pasti seneng kan Manda udah di surga" ucap Rachel sambil terus mengelus batu nisan dan menampilkan senyuman tipis dan berusaha menjadi tegar. "Kak Gio pamit ya Manda" ujar Gio juga.
Motor sport Gio pun tiba di depan rumah Rachel. "Makasih ya Yo, lo udah nemenin gue tadi di makam Manda" ujar Rachel sambil tersenyum tulus. "Santai aja Rachel" ujar Gio sambil tersenyum dan mengacak puncak kepala Rachel. "Gue cabut ya" ujar Gio lagi. "Oke. Hati-hati ya" ujar Rachel sambil melambaikan tangannya. Ketika motor Gio sudah beranjak jauh, Rachel membuka pintu pagar rumahnya sambil menghembuskan napas pasrah. Ketika membuka pintu rumahnya, Rachel langsung beranjak ke kamarnya, ketika akan masuk, dia bertemu dengan pembatunya sekaligus orang yang menjaga mamanya. "Eh, non Acel sudah pulang" ujarnya sopan. "Iya Bi Erin. Bi, keadaan mama gimana?" Ucap Rachel. "Ibu baru disuntik obat tidur non, dari tadi ibu teriak-teriak terus nama non Manda, saya sudah mengajaknya untuk makan, tapi malah gamau terus non. Ya sudah daripada ibu kelelahan, saya memberinya obat tidur non" ujar pembantunya sambil menunduk sopan. "Oh iya. Makasih ya Bi" ujar Rachel dengan senyuman tipisnya. "Iya non. Sama-sama. Saya mau ke belakang dulu ya non, ada yang belum saya selesaikan" ujar nya lalu beranjak pergi.
Di dalam hatinya, Rachel sangat bersyukur karena masih ada orang yang mau merawat mama selama 2 tahun semenjak kepergian Manda. Selama itu juga mamanya depresi ketika mengetahui Manda ditemukan sudah tidak bernyawa di gedung utama.
*Flashback on*
"Halo kak Acel" ujar suara di sebrang sana. "Iya halo Manda, ada apa?" ujar Rachel yang sedang tergesa-gesa memasuk-masukkan buku nya kedalam tas, karena dia ada kegiatan sesudah sekolah. "Manda boleh minta tolong ga? nanti jam 4 sore Manda ada les di luar sekolah, nanti kakak bisa jemput Manda ga? Mungkin sekitar jam setengah 6 sore juga kelar kak" kata Manda. "Aduh Manda, kakak gabisa, kakak mau ada bazar di luar sekolah. Pulangnya juga malem, kamu pesen ojek online aja ya Manda. Maaf banget kakak gabisa sayang" ujar Rachel sambil berlari kecil, lalu menutup teleponnya. Saat itu Gio tidak masuk sekolah tanpa keterangan dan ini membuat Rachel sedikit ripuh, karena akan diadakannya bazar di luar sekolah, niatnya dia akan meminta antar kepada Gio untuk mengantarnya, karena tempat mengadakan bazarnya cukup jauh dari sekolah.
Selesai mengadakan bazar, Rachel langsung memesan ojek online untuk pulang ke rumahnya.
Sesampainya dirumah, Rachel mengetuk pintu dan mengucapkan salam kepada kedua orang tuanya yang sedang asyik berbincang. "Eh Acel sayang udah pulang nak" ucap Rani, ibunya Rachel. "Iya ma" ucap Rachel sambil tersenyum ramah kepada keduanya. "Lho, Manda mana sayang?" kali ini papanya buka suara setelah dari tadi hanya senyum ramah kepadanya. "Lho, emang Manda belum pulang ma, pa?" tanya Rachel bingung. "Belum kok, Manda dari tadi belum pulang Cel" ujar ibunya. "Tadi Manda izinnya mau ada les di luar sekolah". Rachel, ibunya dan papanya sudah berusaha untuk menghubungi Manda, tetapi tetap saja, tidak bisa. Nomor hp Manda tidak aktif dan kedua orang tuanya termasuk Rachel juga tidak mengetahui dimana tempat les Manda. Karena baru kali ini Manda mengikuti les yang di luar sekolah. Ini membuat ketiganya bingung dan langsung mencari Manda kemana-mana, tetap saja tidak ada. Ibunya langsung pingsan karena hampir semua tempat les yang di kunjungi di kotanya, tidak ada peserta baru yang bernama Amanda. Alex, ayahnya Rachel langsung membawa istrinya ke rumah sakit, karena khawatir dengan keadaannya. Alex sudah menghubungi semua rekan kerjanya agar ikut membantu mencari Manda. Tapi nihil, tidak ada.
Sampai paginya, Rachel sampai di sekolah dengan wajah kusut dan cemas. Rachel juga berniat untuk menanyakan ke pihak sekolah atas hilangnya Manda dan menanyakan ke beberapa teman Manda. Ketika akan memasuki kelas, tiba-tiba murid-murid langsung berlarian ke gedung utama. Rachel mencoba untuk fokus memikirkan Manda, tapi dia juga merasa ikut cemas dan langsung ke gedung utama. Rachel langsung menerobos kerumunan orang dan Rachel kaget ketika melihat mayat yang sudah bercucuran darah dengan kepala yang di tutupi koran. Tidak ada murid yang berani untuk membukanya. Rachel dengan sigapnya membuka tutup koran itu. Rachel menangis histeris ketika melihat wajah Manda yang sudah lebam dimana-mana. Ketika itu, pihak dari rumah sakit yang di panggil oleh pihak sekolah langsung mengambil jasad Manda dan banyak polisi juga berdatangan ke sekolah. Rachel masih menangis sambil mematung dan mencerna baik-baik apa yang telah terjadi. Ketika ibu dan papa Rachel tau kalau Rachel yang sibuk dan tidak bisa menjemputnya,ibu Rachel menjadi histeris dan mencaci maki Rachel karena Rachel dianggap bodoh dan tidak bisa menjaga adiknya sendiri. Dan disitu juga ibunya bersumpah tidak akan menganggap Rachel sebagai anak dan tidak akan memaafkan Rachel sampai kapanpun. Semakin hari kondisi ibunya semakin buruk, malah terkadang ibunya suka menyakiti dirinya sendiri. Setelah di periksa ke dokter kejiwaan, ternyata mamanya mengalami depresi berat dan menyebabkan mamanya harus selalu di beri obat penenang agar tidak berbuat apa-apa yang membahayakan dirinya maupun orang lain. Saat itu juga, mamanya dirawat oleh Bi Erin. Dan selama ini juga Rachel merasakan kepahitan hidup yang amat sangat pahit dan menutupnya rapat-rapat agar orang tidak tahu. Dan yang paling sangat aneh, adalah ketika pihak sekolah dan polisi sama-sama menutup kasus Manda. Dan memperkirakan kalau Manda bunuh diri.
*Flashback off*
Saat ini Rachel masih tetap menatap nanar mamanya yang sedang terbaring diatas kasur, dia pun beranjak ke kamarnya untuk beristirahat.

Tak terasa waktupun begitu cepat, serasa baru kemarin mereka semua berkenalan karena memasuki kelas baru, tetapi hari ini mereka semua sudah melaksanakan UN di sekolahnya. Hubungan Gio dan Rachel sampai saat ini masih baik-baik saja. Terlebih sekarang sekarang Gio tampak lebih perhatian dan posesif kepada Rachel, namun Rachel menganggapnya hanya biasa biasa saja, toh memang wajar saja jika Gio perhatian kepada Rachel, karena mereka memang berteman dari kelas X.
"Acel ngapain disini sayang?" ujar Alex sambil mengelus bahu anaknya yang kini sedang berada di kamar almarhumah adiknya sambil mengusap setiap benda yang ada di sana dan mengingat kenangannya. "Papa, Acel mau tidur di kamar Manda ya. Acel kangen Manda, pa" ujar Rachel sambil memeluk papanya. "Iya sayang, papa izinin, tetapi Acel jangan terlalu larut dalam kesedihan ini ya" ujar Alex sambil membalas pelukan anaknya dan mengusap punggungnya.
Rachel bukan hanya ingin tidur di kamar Manda, tetapi dia juga ingin melihat semua barang-barang yang ada di kamar Manda dan mengingat semua kenangan yang ada di dalam. Dia tiba-tiba rasanya ingi sekali melihat lihat apa isi lemari Manda. Ketika ia membuka pintu lemari Manda, ia melihat tatanan baju yang sangat rapi, seketika matanya terfokus kepada suatu buku yang terselip di antara tumpukan baju. Ia langsung mengambilnya dan membaca judul besar buku itu -Diary Manda-. Dengan tergesa-gesa dia segera membuka isi buku tersebut, siapa tahu ada rahasia yang di sembunyikan oleh Manda. Ternyata isinya hanya curahan hati Manda karena dia menyukai pria yang lebih tua darinya dan disisi lain juga dia bingung karena orang yang disukainya ternyata dekat dengan orang yang amat sangat dekat dengan Manda. Dan Manda pun memutuskan untuk menghapus rasa sukanya kepada pria tersebut, Rachel juga sedikit aneh, karena di dalam buku ini, Manda tidak menyebutkan siapa pria yang disukainya. Disitu juga Manda bercerita saat itu pria yang disukainya mengajaknya bertemu dan saat mereka bertemu, pria yang di sukai oleh Manda, mengajak Manda untuk pergi ke club yang tak jauh dari tempat mereka bertemu. Awalnya Manda takut dan tidak mau, tetapi dia juga bepikir, kapan lagi dia akan menghabiskan waktu dengan orang yang disukainya itu, jadi mau tidak mau Manda mengikuti apa perkataan yang dikatakan oleh pria yang disukainya itu. Sudah, hanya itu yang ada di buku diary Manda. Dari sini, Rachel menjadi semakin penasaran, sebenarnya siapa orang yang Manda sukai, dan siapa orang yang brengsek yang sudah berani-beraninya mengajak adiknya pergi ke tempat clubbing? Rachel sudah mencoba posisi tidur yang nyaman, tapi tetap saja Rachel tidak bisa tidur dan hatinya sangat gelisah memikirkan 'Apakah pria yang disukai Manda terlibat dalam kasus meninggalnya Manda?' dan dia juga sudah bersumpah tidak akan memaafkan orang yang sudah menjadi dalang dari semua ini.
Hari ini Gio berniat akan mengajak Rachel untuk dinner di sebuah cafe terkenal di kotanya."Yo, lo ngapain ngajak gue ke sini? Ini kan mahal-mahal Yo menu makanannya" ujar Rachel ketika turun dari mobil Gio. "Udah ayo ikut aja Cel" ujar Gio langsung menggenggam erat tangan Rachel sampai mereka menemui tempat duduk yang pas. "Gila Gio, gue suka konsepnya" ujar Rachel sambil menatap dekorasi cafenya. "Gue sengaja dekor sendiri" ujar Gio masih dengan cengiran khas nya. "Kok gue liat cuma kita doang yang disini?" ujar Rachel dengan mata bingung masih sambil melihat kanan dan kiri. "Ya gue sengaja nyewa cafe ini cuma buat kita berdua Cel" ujar Gio lalu memegang tangan Acel yang sedang berada di atas meja. "Ya gue sih percaya aja, namanya juga anak yang punya sekolahan, ya pasti banyak duit" ujar Rachel lalu beralih menatap tangan Gio yang masih menempel di punggung tangan Rachel. "Gue nyaman sama lo Cel" ujar Gio dengan senyuman tulusnya. "Iya lah, gue juga nyaman, kita kan udah sahabatan dari". "Gue mau lebih dari ini Cel" ujar Gio masih menatap lurus Rachel. "Maksud lo?" ujar Rachel dengan raut wajah bingung. "Rachel Alexian Wijaya. Lo mau jadi pacar gue?" ujar Gio menggenggam kedua tangan Rachel. Rachel yang masih mematung dan mencerna baik-baik apa yang dikatakan Gio. "Boleh kasih gue waktu buat jawab?" ucap Rachel yang sedang membuang pandangan ke arah lain. "Oke, tapi jangan lama-lama ya Cel" ujar Gio sambil mengacak pelan puncak kepala Rachel.
Sesampai dirumah, Rachel langsung menghempaskan tubuhnya keatas kasur dan menatap lekat langit-langit di kamarnya. "Gue bingung mau jawab apa" ujar Rachel masih dengan posisi yang sama. Rachel lalu beranjak dari kamarnya dan berniat mencurahkan segala isi pikiran dan hatinya di kamar Manda. Sesampainya disana, Rachel langsung duduk di tepi ranjang, Rachel masih menatap bergantian semua barang-barang yang ada di kamar Manda. Ketika pandangannya beralih ke ranjang yang sedang didudukinya, Rachel melihat sprei yang harusnya di susupkan ke bawah ranjang, terlihat agak sedikit tidak beres, ketika Rachel berniat akan membenarkan sprei tersebut, dia melihat selipan buku, sekejap Rachel langsung mengambil bukunya dan membacanya, siapa tahu disitu ada potongan catatan dari buku diary Manda. "Haa. Gue seneng banget hari ini, karena orang yang gue suka mau ngajak gue ketemuanbangsat! Gue benci sama lo. Kenapa lo udah berani ngambil mahkota yang paling berharga di diri gue? Kenapa harus gue? Gue bener-bener nyesel pas dia ngajak gue clubbing. Gue nyesel dan bodohnya gue, saat itu mau aja di kasih minuman yang entah gue gatau namanya, dan saat gue bangun, gue tiba-tiba udah gapake sehelai benang pun di tubuh gue. Dan dia dengan senang nya bilang ke gue kalo dia seneng jadiin gue buat mainan. Arghhh gue benci. Benci. Dan lo tau bangsatt? Saat itu gue lagi masa subur! Gue takut. Gue takut hamil. Gue lebih baik mati! Gue ingin mati. GUE BENCI SAMA LO GIO MAHENDRA!!!Gio! lo tau? Gue hamil! Dasar brengsek lo! Dan dengan mudahnya lo nyuruh gue buat gugurin bayi ini! bangsatt!!! 'Lo milih ngegugurin janin itu, atau lo yang gue bunuh?' Itu kan pertanyaan lo yang selama ini? Oke. Gue lebih baik mati bareng sama janin yang ada di perut gue. Puas lo?" seketika rahang Rachel mengeras. Tangannya bergetar dan masih mematung karena dia tidak menyangka, kalau Gio lah yang sudah memperkosa adiknya.

Suasana sekolah sangatlah ramai, karena sekarang adalah hari kelulusan dan 100% semua siswa lulus. Rachel sampai sekarang dia berpura-pura tidak mengetahui apa-apa mengenai perlakuan Gio yang sangat brengsek. "Cel, gimana? Ini udah kelulusan, masa lo belum ngasih gue jawaban?" ujar Gio. "Gue mau ngasih jawaban sekarang di  gedung utama" ujar Rachel. Berdoalah Gio, sebentar lagi kedok lo bakalan kebuka bangsat ujar Rachel dalam hati. Sesampainya disana, Rachel langsung menaiki panggung yang ada di dalamnya. Wajah Gio masih berseri-seri dan yakin kalau Rachel pasti akan menerimanya. "Tes tes. Gue mau semua anak SMP Ganesha dan semua siswa siswi Ganesha berkumpul di gedung utama." seketika murid-murid berkerumunan masuk kedalam gedung dengan penasaran. "Gio, gue mau lo ungkapin semua nya di atas panggung ini" ujar Rachel. "Ya. Gue Gio Mahendra akan mengungkapkan semua isi hati gue ke Rachel Alexian Wijaya." ujar Gio lalu melanjutkannya, entah apa yang sedang dikatakannya, Rachel menanggapinya hanya dengan senyuman miring meremehkan. Dia juga sudah tidak sabar akan membuka kedok Gio. "Apakah lo butuh jawaban dari gue Gio Mahendra?". "Ya tentu saja Rachel". "Terima!!! Terimaa!!!" ujar murid-murid yang sedang melihatnya. "Ya tentu saja. Gue terimaa–" ujar Rachel lalu menggantungkan kata-katanya. Gio pun langsung tersenyum lebar, dan semua murid bersorak gembira. Ketika Gio akan memeluk Rachel, Rachel langsung melanjutkan kata-katanya "Gue terima lo sebagai pengecut di hidup gue! Gue terima Gio Mahendra!" seketika menjadi hening, dan senyuman di wajah Gio memudar menjadi datar dan pucat pasi. "Brengsek lo! Lo udah bikin hidup AMANDA ALEXIAN PUTRI adik gue hancur gara-gara kebegoan lo! Lo gila Gio! Lo udah perkosa adik gue! Lalu dengan entengnya lo nyuruh buat ngegugurin janin yang ada di perut adik gue! Bangsat lo Gio!" seketika kata-kata itu menjadi isakan histeris dari Rachel. Lalu Rachel melanjutkan lagi kata-katanya sambil terisak "Kenapa? Lo malu? Lo sakit hati? Lebih sakit mana dibandingin penderitaan adek gue? Salah adek gue apaan si? Sampe sampe lo tega!". "Sekarang gue tau, kenapa saat itu kasus adek gue langsung di tutup dari pihak sekolah dan kepolisian, karena lo sendiri yang punya sekolah ini bangsat!" lalu Rachel beranjak dari panggung dan langsung pulang ke rumahnya dengan keadaan masih terisak. Sementara itu, Gio masih mematung disana karena tidak menyangka ini akan terjadi.

"Rachel sayang!" ujar Rani, sambil terisak dan tergopoh-gopoh berjalan langsung memeluk Rachel, Rachel masih bergeming dan menatapnya tidak percaya. "Maafin mama sayang. Mama udah salahin kamu. Mama udah caci maki kamu. Maafin mama sayang. Sekarang semuanya sudah terungkap siapa yang bersalah. Mama nyesel. Maafin mama. Selama 2 tahun lebih kamu ga dapet kasih sayang yang layak dari seorang ibu". "Ma, Rachel udah maafin mama. Mama gausah nangis." ujar Rachel sambil membalas pelukan mamanya. Alex menatapnya dengan perasan haru, akhirnya penderitaan anaknya berakhir. "Mama tau dari mana kalo bukan Rachel yang salah?". "Tadi pas mama lagi ke kamar Manda, mama lihat ada 2 buku di atas kasur dan langsung membacanya". "dari situ mama tau kalau Gio lah yang bersalah dan beritanya udah nyebar di TV sayang." "Rachel juga yakin, pasti yang ngebunuh Manda terus sengaja di simpan di gedung utama itu adalah Gio. Gio melakukan itu supaya jejak nya kehapus dan membuat pihak kepolisian bingung dan langsung menyimpulkan bahwa Manda bunuh diri".

"Pak saya ga salah! Kenapa harus saya yang di tangkap? Harusnya Manda dong yang ditangkap. Kan Manda mau aja di bodohin sama saya. Tapi ngomong-ngomong Manda enak juga pak!" ujar Gio yang tadinya histeris menjadi terkekeh pelan berbicara dengan pihak kepolisian. Gio di vonis penjara selama 25 tahun karena melakukan pemerkosaan dan melaksanakan pembunuhan berencana. Gio juga mengaku kalau yang membunuh Manda adalah dirinya. Rachel, Rani dan Alex mendengar penjelasan dan melihat kondisi Gio yang sekarang merasa kasihan juga, karena sekarang Gio mengalami depresi berat yang menyebabkan dirinya bersikap seperti orang gila dan terus memanggil nama Manda. Sebelum pihak keluarga Gio meminta maaf atas kesalahannya, pihak keluarga Rachel sudah memaafkannya lebih dahulu. Dan seiring berjalannya waktu, Rachel dan kedua orang tuanya hidup bahagia dan Rachel tidak pernah bosan untuk bersyukur kepada Tuhan karena telah mengakhiri penderitaannya dan diganti dengan skenario buatannya yang jauh lebih indah.

Comments