Halusinasi Masa Lalu ; by Widya L.

 Halusinasi Masa Lalu

Arkadina Zakiyah Humairah Rahman  itu adalah nama yang diberikan orangtua ku. Teman teman ku biasa memanggilku Humairah. Aku tinggal di kompleks perumahan di jalan AhmadYani, Bandung Jawa Barat.
Pagi ini sangat cerah membangkitkan semangat untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, Aku selalu datang pagi karena aku yang baru disekolah ini karena aku duduk di bangku kelas VII ini tidak mau datang terlambat dan tentu saja selain itu jika aku datang pagi aku bias memilih tempat duduk dekat jendela yang bersebrangan dengan Greenhouse. Greenhouse adalah tempat yang sangat menarik perhatianku sejak pertama aku menginjakan disekolah ini, karena memang aku adalah pencinta tanaman. Dan saat pikiranku kacau karena rumus rumus dan hafalan hafalan dikelas, duduk didekat jendela itu sedikit menguntungkan karena aku bisa melihat greenhouse yang dapat sedikit menenangkan pikiranku karena keindahan tanamannya dari jendela.
      Suatu hari, disaat semua murid disekolah sedang berada dikelas karena memang jam pelajaran masih berlangsung, aku melihat seorang anak laki laki dari jendela, ia tampak sedang merusak tanaman di greenhouse , aku yang menyukai dan sangat menyayangi tanaman merasa geram kepada anak laki laki itu pasalnya semua makhluk itu punya hak atas hidup tapi kenapa dia malah merusak seharusnya dia menjaga tanaman itu. Aku ingin sekali menegurnya tapi aku yang berada di dalam kelas bingung harus membuat alasan apa untuk bisa pergi keluar. Jika aku tidak menegur anak laki laki itu maka tanaman disana akan rusak dan jika aku pergi keluar aku harus berbohong pada guru dengan alasan pergi ke toilet. Akhirnya aku memutuskan untuk menegur anak itu, dalam hati aku berucap “Maafkan aku Tuhan, Maafkan aku bu guru” karena aku berbohong.  Saat aku mencoba menegur anak itu ternyata dia tidak terima ditegur olehku akhirnya terjadi sedikit pertengkaran dan membuat bu guru yang sedang mengajar dikelas ku keluar menghampiri kami, karena memang jarak greenhouse dan kelas ku tidak jauh. Seketika tubuhku terasa mematung debar jantungku dua kali lebih cepat,             aku takut dimarahi bu guru karena ketahuan berbohong. Bu guru meminta penjelasan atas kebohonganku dan penjelasaan sebab dari pertengkaran tadi, aku pikir ia akan memberiku hukuman tapi ternyata dia bangga kepadaku. Dan ia hanya memberi hukuman kepada anak laki laki itu, aku langsung masuk kelas tanpa mendengar percakapan mereka.
        Hari berganti hari, kali ini ada sesuatu yang berbeda, laki laki yang kemarin merusak tanaman dan mendapat hukuman guru itu sekarang selalu menjahili aku, terkesan aneh namun setelah aku pikir mungkin ia dendam padaku atau entah apapun itu yang pasti ia setiap hari menjahiliku. Menghalangi langkah agar aku terjatuh, menarik jilbab ku, pura pura akrab padahal sebenarnya ia ingin menjahiliku, itu sangat menyebalkan.
       Karena jam pelajaran akhir kosong sebab gurunya tidak masuk, aku berencana melaksanakan sholat duhur di masjid sekolah bersama teman teman yang lain. Saat aku menaiki tangga yang menuju masjid aku melihat anak itu aku sudah berfikir dia pasti akan menjahiliku, yups benar saja dia menghalangi langkahku di tangga dan aku pun terjatuh karena tangganya licin, setelah itu aku tidak tau lagi apa yang terjadi kepalaku sakit dan penglihatanku kabur.
        Bau obat, ada infusan, serba putih, ini bukan kamarku, ini rumah sakit. Ada banyak orang disini, ada kedua orang tua, guru, anak itu dan dua orang lain yang tidak aku kenal. Setelah ayah bercerita ternyata aku tadi pingsan dan langsung dibawa ke sini, dan dua orang asing itu adalah orang tua anak laki laki itu. Mereka meminta maaf kepadaku atas perbuatan anak mereka dan tak diduga ayah ku dan ayah anak itu ternyata bersahabat sejak SMP.
        Aku tau nama anak itu dari kedua orangtua ku nama kami hampir sama karena memang kedua sahabat itu sengaja agar nama anaknya tidak beda jauh. Azkadira Fhazar Ramadan itu kata ayahku. Arkadina dan Azkadira untungnya nama panggilanku adalah Humairah.
         Setelah kejadian itu semua berjalan lancar, tidak akan ada yang mengerjaiku lagi, Kami bersahabat sekarang seperti ayah kami dulu. Namun sesuatu yang aneh terjadi padaku sangat aneh dan mengejutkan. Setiap aku sedang memandang orang lain aku selalu merasakan hal aneh seperti kejadian yang telah terjadi. Aku melihat semuanya berubah menjadi hitam putih tak ada warna lain selain itu dan gelap.
    Aku menceritakan itu semua pada orangtua ku dan sahabatku Azka, diantara mereka tidak ada satupun yang percaya mereka menganggap aku halusinasi. Seminggu kemudian aku dibawa ke dokter untuk memeriksakan keadaanku, karena seminggu ini aku memang merasakan hal hal aneh, Masa sekolah ibu dengan cinta pertamanya, Perjuangan ayah mendapatkan ibu, itu semua aku ketahui saat aku memandang mereka dan tiba tiba dunia berubah jadi hitam putih. Menurut dokter ini adalah akibat benturan dikepala saat aku terjatuh ditangga waktu itu.
      Aku merasa bingung mengapa tidak ada yang percaya padahal semua ini nyata aku alami. Setiap aku bercerita pada Azka dia selalu menertawakanku dan tetap beranggapan aku ini sedang berhalusinasi. Sahabat macam apa, pikirku.
       Sebulan belakangan ini aku merasa frustasi, hal hal aneh selalu saja terjadi saat aku melamun, mimpi buruk tak jarang menghantuiku, saat ini hanya tanaman kesayanganku yang bisa membantu mengurangi kacaunya pikiran ini. Setiap pagi aku sempatkan untuk melihat tanamn tanaman dulu sebelum berangkat sekolah, terkadang jika aku bangun lebih awal aku bisa menyiraminya dulu. Keindahan yang mereka tunjukan sungguh sangat menakjubkan, aku terkagum kagum, tak pernah aku merasa bosan melihat keindahan tanaman tanaman ini.  Tak jarang juga Azka mengajakku ketaman bunga untuk sekadar menghilangkan penat akibat rumus rumus dikelas. Dia memang sangat baik jika sudah dekat, dulu dia menyebalkan karena kami belum saling mengenal, kami dekatpun karena ayah kami bersahabat jika tidak entah permusuhan kami akan berlanjut sampai kapan. Mengingat masa masa itu membuatku merasa lebih baik. Lagi lagi, saat Azka pergi membeli bunga untuk ku dari taman ini, aku melihat ada segerombolan orang sedang merusak tanaman disini mereka membakar semua ladang, mengobrak abrik bangunan disini, semua berubah menjadi hitam putih. Semua kembali normal saat Azka datang dengan menepuk bahuku, spontan aku kaget dan semua berubah kembali seperti semula. Apalagi in? benakku. Awalnya aku ingin menceritakannya pada Azka tapi sudahlah dia tidak akan percaya yang ada dia akan menertawakanku.
      Saat aku sedang berkumpul bersama ayah dan ibuku, kami bercerita kegiatan kami seharian ini, ayah yang sibuk dikantor dan ibu yang sibuk mengurus rumah.
“Yah,bu. Aku ingin cerita mungkin kalian akan tidak percaya tapi ini benar benar aku alami.”
“Ada apa nak? Ceritalah, kami akan mendengarkannya.”jawab ayah
“Tadi saat aku pergi ke taman  bunga bersama Azka, aku melihat kejadian aneh lagi bu, yah. Aku melihat ada pembakaran taman bunga, ada yang mengobrak abrik bangunan disana. Dan menurut cerita orang dulu memang disana pernah terjadi pemberontakan dari sekolompok orang yang ingin menguasai ladang bunga itu. Itu tandanya aku bisa melihat masalalu bu, aku takut.” Rintihku sambil memeluk ibu
“Nak, Mungkin kamu hanya butuh istirahat, pikiranb kamu terlalu lelah dengan aktivitas disekolah makanya kamu berhalusinasi dengan fakta yang telah kamu ketahui dari orang orang tentang taman  bunga itu.”Sahut ayah yang masih tetap tak percaya.
“Ayahmu benar sayang, lebih baik kamu tidur dan jangan memikirkan hal hal yang aneh.”kata ibuku
“Sudah ku duga kalian tidak akan percaya. Ini kesekian kalinya aku bercerita tapi masih sama jawabannya tak percaya. Seandainya aku memang berhalusinasi darimana aku tahu bahwa cinta pertama ibu adalah ayah, dan perjuangan ayah untuk mendapatkan ibu itu sulit karena harus berhadapan dengan kakak kelas yang menyukai ibu?.” Jelasku.
Mereka sontak terkejut mendengar yang aku katakana, ibu tak mengetahui bahwa ayah menghadapi kakak kelas yang menyukai ibu, dan ayah juga tidak mengetahui kebenaran bahwa ayah adalah cinta pertama ibu. Mereka saling bertanya jawabannya apakah benar begitu. Saat jawabannya memang benar begitu, Akhirnya mereka berusaha percaya padaku meski mungkin ada sedikit ketidakpercayaan bahwa ini nyata, tapi mereka mencoba memahaminya kali ini.
  Aku merasa sedikit lega dan senang karena ada yang mempercayaiku dan merasa bahwa aku tidak sendirian menjalani hal yang baru ini. Aku juga yakin dengan kepercayaan mereka aku juga akan terbiasa dengan hal hal aneh ini.  Dan aku yakin ini adalah anugerah Tuhan yang diberikan padaku, dan ya tak banyak orang yang bisa sepertiku. Azka yang dulunya selalu menertawakanku dan tidak percaya, akhirnya mempercayaiku karena dia pikir orangtuanya percaya mengapa aku tidak sebagai sahabatnya.
  Dan akhir dari kisah ini , aku menjalani kehidupanku seperti biasa tak ada yang berubah, tak ada yang berbeda.Pergi ke taman bunga bersama Azka, Memandangi keindahan  tanaman yang tidak pernah berhenti membuatku kagum, Menikmati akhir pekan bersama keluarga, Dan menmghabiskan masa bermainku dengan bahagia tanpa beban dari kelebihanku.  Aku terbiasa dengan hal hal itu sekarang, dan sangat menantikan apa yang akan kuketahui selanjutnya.

Comments