Halusinasi Masa Lalu ; by Widya L.
Halusinasi Masa Lalu
Pagi ini sangat cerah membangkitkan
semangat untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, Aku selalu datang pagi
karena aku yang baru disekolah ini karena aku duduk di bangku kelas VII ini
tidak mau datang terlambat dan tentu saja selain itu jika aku datang pagi aku
bias memilih tempat duduk dekat jendela yang bersebrangan dengan Greenhouse.
Greenhouse adalah tempat yang sangat menarik perhatianku sejak pertama aku
menginjakan disekolah ini, karena memang aku adalah pencinta tanaman. Dan saat pikiranku
kacau karena rumus rumus dan hafalan hafalan dikelas, duduk didekat jendela itu
sedikit menguntungkan karena aku bisa melihat greenhouse yang dapat sedikit
menenangkan pikiranku karena keindahan tanamannya dari jendela.
Suatu hari, disaat semua murid disekolah
sedang berada dikelas karena memang jam pelajaran masih berlangsung, aku
melihat seorang anak laki laki dari jendela, ia tampak sedang merusak tanaman
di greenhouse , aku yang menyukai dan sangat menyayangi tanaman merasa geram
kepada anak laki laki itu pasalnya semua makhluk itu punya hak atas hidup tapi
kenapa dia malah merusak seharusnya dia menjaga tanaman itu. Aku ingin sekali
menegurnya tapi aku yang berada di dalam kelas bingung harus membuat alasan apa
untuk bisa pergi keluar. Jika aku tidak menegur anak laki laki itu maka tanaman
disana akan rusak dan jika aku pergi keluar aku harus berbohong pada guru
dengan alasan pergi ke toilet. Akhirnya aku memutuskan untuk menegur anak itu,
dalam hati aku berucap “Maafkan aku Tuhan, Maafkan aku bu guru” karena aku
berbohong. Saat aku mencoba menegur anak
itu ternyata dia tidak terima ditegur olehku akhirnya terjadi sedikit
pertengkaran dan membuat bu guru yang sedang mengajar dikelas ku keluar
menghampiri kami, karena memang jarak greenhouse dan kelas ku tidak jauh.
Seketika tubuhku terasa mematung debar jantungku dua kali lebih cepat, aku takut dimarahi bu guru karena
ketahuan berbohong. Bu guru meminta penjelasan atas kebohonganku dan
penjelasaan sebab dari pertengkaran tadi, aku pikir ia akan memberiku hukuman
tapi ternyata dia bangga kepadaku. Dan ia hanya memberi hukuman kepada anak
laki laki itu, aku langsung masuk kelas tanpa mendengar percakapan mereka.
Hari berganti hari, kali ini ada
sesuatu yang berbeda, laki laki yang kemarin merusak tanaman dan mendapat
hukuman guru itu sekarang selalu menjahili aku, terkesan aneh namun setelah aku
pikir mungkin ia dendam padaku atau entah apapun itu yang pasti ia setiap hari
menjahiliku. Menghalangi langkah agar aku terjatuh, menarik jilbab ku, pura
pura akrab padahal sebenarnya ia ingin menjahiliku, itu sangat menyebalkan.
Karena jam pelajaran akhir kosong sebab
gurunya tidak masuk, aku berencana melaksanakan sholat duhur di masjid sekolah
bersama teman teman yang lain. Saat aku menaiki tangga yang menuju masjid aku
melihat anak itu aku sudah berfikir dia pasti akan menjahiliku, yups benar saja
dia menghalangi langkahku di tangga dan aku pun terjatuh karena tangganya
licin, setelah itu aku tidak tau lagi apa yang terjadi kepalaku sakit dan penglihatanku
kabur.
Bau obat, ada infusan, serba putih, ini
bukan kamarku, ini rumah sakit. Ada banyak orang disini, ada kedua orang tua,
guru, anak itu dan dua orang lain yang tidak aku kenal. Setelah ayah bercerita
ternyata aku tadi pingsan dan langsung dibawa ke sini, dan dua orang asing itu
adalah orang tua anak laki laki itu. Mereka meminta maaf kepadaku atas
perbuatan anak mereka dan tak diduga ayah ku dan ayah anak itu ternyata
bersahabat sejak SMP.
Aku tau nama anak itu dari kedua
orangtua ku nama kami hampir sama karena memang kedua sahabat itu sengaja agar
nama anaknya tidak beda jauh. Azkadira Fhazar Ramadan itu kata ayahku. Arkadina
dan Azkadira untungnya nama panggilanku adalah Humairah.
Setelah kejadian itu semua berjalan
lancar, tidak akan ada yang mengerjaiku lagi, Kami bersahabat sekarang seperti
ayah kami dulu. Namun sesuatu yang aneh terjadi padaku sangat aneh dan
mengejutkan. Setiap aku sedang memandang orang lain aku selalu merasakan hal
aneh seperti kejadian yang telah terjadi. Aku melihat semuanya berubah menjadi
hitam putih tak ada warna lain selain itu dan gelap.
Aku menceritakan itu semua pada
orangtua ku dan sahabatku Azka, diantara mereka tidak ada satupun yang percaya
mereka menganggap aku halusinasi. Seminggu kemudian aku dibawa ke dokter untuk
memeriksakan keadaanku, karena seminggu ini aku memang merasakan hal hal aneh,
Masa sekolah ibu dengan cinta pertamanya, Perjuangan ayah mendapatkan ibu, itu
semua aku ketahui saat aku memandang mereka dan tiba tiba dunia berubah jadi
hitam putih. Menurut dokter ini adalah akibat benturan dikepala saat aku
terjatuh ditangga waktu itu.
Aku merasa bingung mengapa tidak ada yang
percaya padahal semua ini nyata aku alami. Setiap aku bercerita pada Azka dia
selalu menertawakanku dan tetap beranggapan aku ini sedang berhalusinasi.
Sahabat macam apa, pikirku.
Sebulan belakangan ini aku merasa
frustasi, hal hal aneh selalu saja terjadi saat aku melamun, mimpi buruk tak
jarang menghantuiku, saat ini hanya tanaman kesayanganku yang bisa membantu
mengurangi kacaunya pikiran ini. Setiap pagi aku sempatkan untuk melihat tanamn
tanaman dulu sebelum berangkat sekolah, terkadang jika aku bangun lebih awal
aku bisa menyiraminya dulu. Keindahan yang mereka tunjukan sungguh sangat
menakjubkan, aku terkagum kagum, tak pernah aku merasa bosan melihat keindahan
tanaman tanaman ini. Tak jarang juga
Azka mengajakku ketaman bunga untuk sekadar menghilangkan penat akibat rumus
rumus dikelas. Dia memang sangat baik jika sudah dekat, dulu dia menyebalkan
karena kami belum saling mengenal, kami dekatpun karena ayah kami bersahabat
jika tidak entah permusuhan kami akan berlanjut sampai kapan. Mengingat masa
masa itu membuatku merasa lebih baik. Lagi lagi, saat Azka pergi membeli bunga
untuk ku dari taman ini, aku melihat ada segerombolan orang sedang merusak
tanaman disini mereka membakar semua ladang, mengobrak abrik bangunan disini,
semua berubah menjadi hitam putih. Semua kembali normal saat Azka datang dengan
menepuk bahuku, spontan aku kaget dan semua berubah kembali seperti semula.
Apalagi in? benakku. Awalnya aku ingin menceritakannya pada Azka tapi sudahlah
dia tidak akan percaya yang ada dia akan menertawakanku.
Saat aku sedang berkumpul bersama ayah
dan ibuku, kami bercerita kegiatan kami seharian ini, ayah yang sibuk dikantor
dan ibu yang sibuk mengurus rumah.
“Yah,bu. Aku
ingin cerita mungkin kalian akan tidak percaya tapi ini benar benar aku alami.”
“Ada apa
nak? Ceritalah, kami akan mendengarkannya.”jawab ayah
“Tadi saat
aku pergi ke taman bunga bersama Azka,
aku melihat kejadian aneh lagi bu, yah. Aku melihat ada pembakaran taman bunga,
ada yang mengobrak abrik bangunan disana. Dan menurut cerita orang dulu memang
disana pernah terjadi pemberontakan dari sekolompok orang yang ingin menguasai
ladang bunga itu. Itu tandanya aku bisa melihat masalalu bu, aku takut.” Rintihku
sambil memeluk ibu
“Nak,
Mungkin kamu hanya butuh istirahat, pikiranb kamu terlalu lelah dengan
aktivitas disekolah makanya kamu berhalusinasi dengan fakta yang telah kamu
ketahui dari orang orang tentang taman
bunga itu.”Sahut ayah yang masih tetap tak percaya.
“Ayahmu
benar sayang, lebih baik kamu tidur dan jangan memikirkan hal hal yang
aneh.”kata ibuku
“Sudah ku
duga kalian tidak akan percaya. Ini kesekian kalinya aku bercerita tapi masih
sama jawabannya tak percaya. Seandainya aku memang berhalusinasi darimana aku
tahu bahwa cinta pertama ibu adalah ayah, dan perjuangan ayah untuk mendapatkan
ibu itu sulit karena harus berhadapan dengan kakak kelas yang menyukai ibu?.”
Jelasku.
Mereka
sontak terkejut mendengar yang aku katakana, ibu tak mengetahui bahwa ayah
menghadapi kakak kelas yang menyukai ibu, dan ayah juga tidak mengetahui
kebenaran bahwa ayah adalah cinta pertama ibu. Mereka saling bertanya
jawabannya apakah benar begitu. Saat jawabannya memang benar begitu, Akhirnya
mereka berusaha percaya padaku meski mungkin ada sedikit ketidakpercayaan bahwa
ini nyata, tapi mereka mencoba memahaminya kali ini.
Aku merasa sedikit lega dan senang karena ada
yang mempercayaiku dan merasa bahwa aku tidak sendirian menjalani hal yang baru
ini. Aku juga yakin dengan kepercayaan mereka aku juga akan terbiasa dengan hal
hal aneh ini. Dan aku yakin ini adalah
anugerah Tuhan yang diberikan padaku, dan ya tak banyak orang yang bisa
sepertiku. Azka yang dulunya selalu menertawakanku dan tidak percaya, akhirnya
mempercayaiku karena dia pikir orangtuanya percaya mengapa aku tidak sebagai
sahabatnya.
Dan akhir dari kisah ini , aku menjalani
kehidupanku seperti biasa tak ada yang berubah, tak ada yang berbeda.Pergi ke
taman bunga bersama Azka, Memandangi keindahan
tanaman yang tidak pernah berhenti membuatku kagum, Menikmati akhir
pekan bersama keluarga, Dan menmghabiskan masa bermainku dengan bahagia tanpa
beban dari kelebihanku. Aku terbiasa
dengan hal hal itu sekarang, dan sangat menantikan apa yang akan kuketahui
selanjutnya.
Comments
Post a Comment