Ibu ; by Amrina Rosyada F

 IBU
jam dinding di kamar tidurku baru saja menunjukkan pukul satu dini hari. Telah sekian lama waktu terbuang percuma. Berulang kali mulutku menguap lebar. Berkali-kali pula badanku berguling ke kanan dan ke kiri. Tak terhitung pula tanganku meraih selimut yang menyingkap badanku yang kedinginan karena angin malam. Tetapi mataku belum juga dapat kupejamkan.
            Seharusnya malam ini aku manfaatkan untuk membaca buku menghadapi ulangan semester yang sebentar lagi akan dimulai. Tiga puluh menit telah berlalu, mengapa bola mataku masih saja terbuka. Jemari tanganku berulangkali menutup mulutku yang selalu menguap. Aku mencoba menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Kulakukan itu berulangkali sambil menenangkan fikiran.
            Masih terngiang di telingaku perkataan ibuku yang tidak setuju dengan sikap dan perbuatanku yang selalu malas-malasan terutama melakukan pekerjaan yang memang seharusnya aku lakukan, merapikan tempat tidur, menyapu lantai atau menyetrika pakaianku sendiri.
            “ De mengapa kamu selalu membandel, masa kamar anak perempuan harus seperti ini? Plastik bekas makanan berserakan, botol bekas air mineral tercecer begitu saja, pakaian kotor tergeletak begitu saja, apalagi handuk bekas mandi disimpan di atas kasur. Kalau terus-terusan hidup kamu seperti ini….ibu akan rampas HP baru mu!!
            Mendengar ocehan ibuku….aku selalu menjawabnya dengan kata”IYA” itupun hanya untuk meredam ibuku agar tidak ngomomg teruuus. Tetapi rupanya kemarahan ibuku sudah pada puncaknya karena ternyata perjamjian aku sama ibuku selalu aku langgar. Masalah ini ternyata diadukan sama kakakku….Yang akhirnya aku pun kena dampratnya.
            Kakakku akhirnya menelponku” De, kalo ade tetap tidak mendengar nasehat ibu dan  juga tidak bisa meringankan pekerjaan ibu misalnya menyapu lantai…semua fasilitas yang kakak berikan akan dicabut semua. Dan ternyata ibuku tidak main-main…ternyata HP baru aku pun dirampasnya, termasuk uang saku aku khusus untuk membeli pulsa dari kakakku ternyata distop pula.
            Keesekon harinya, ibuku membangunkan aku seperti biasanya.” De…banguuun, hari sudah pagi, waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi, akupun menggeliat dari tidurku. Dengan mata yang masih mengantuk, karena malamnya ga bisa tidur memikirkan apa yang telah terjadi, aku menuruti nasehat ibuku. Kuambil air wudhu, aku sholat subuh dilanjutkan dengan membaca buku pelajaran. Tepat pukul 06.00 akupun bergegas bersiap-siap pergi ke sekolah
            Dengan hati yang masih dongkol, aku pamit sama ibuku dan tentunya sambil minta uang saku, dengan wajah cemberut aku langsung menuju pintu ke luar rumahku tanpa mengucapkan salam. Dalam hati berkecamuk…bagaimana cara merayu ibuku agar HP aku bisa jatuh lagi ke tangan aku.
            Di sekolahpun kegalauan hati aku terbawa, bahkan ketika teman sebangku bertanyapun aku jawab dengan singkat.
“Ca kenapa kamu kayanya tidak bersemangat? Wajahmu kelihatan sangat tidak bersahabat, aku cukup menjawab” ga ada apa-apa ko!!! Dalam hati aku berkata” maaf kawan, kaupun ternyata kena imbasnya, aku marah sama kakak dan ibuku ternyata sikapku terbawa juga sama teman sebangkuku.
            Pulang sekolahpun tiba, aku bergegas menuju pagar sekolah…dan langsung naik Angkot 03, di mobil aku terus-terusan mencari cara bagaimana cara merayu ibuku agar Hp aku dikembalikan. Kebetulan salah seorang dari guru aku memberi tugas dengan cara mencari di Internet.
“Naaaah inilah caranya merayu ibuku yang paling jituuu. Pasti ibuku tidak akan tegaaa, kalau aku harus dihukum oleh guru gara-gara tidak mengerjakan tugas dari guruku.
            Dengan jalan penuh semangat menuju gang rumahku, aku mulai memasang wajah aku semanis mungkin. Kebetulan ibuku sudah datang dari sekolahannya. Aku mulai ganti pakaian, pakain seragamku ku letakkan dengan rapi. Ketika aku disuruh makan oleh ibuku, aku segera menghampirinya.
            “De makaan, ni ibu bawa nasi bungkus kesenanganmu. Yang namanya ibuku, kemarin marah besaaar, eeeh anaknya belum makan mah tetap ditawarin makan.
“Akupun makan dengan lahapnya, bahkan hampir habis satu bungkus. Dengan penuh hati- hati sehabis makan, akupun mulai membuka obrolan.
            “Bu.., kan ade ada tugas dari guru, harus cari di internet, sedangkan Hp ade kan ada sama ibu, bolehkah ade pinjam sementara? Ibuku langsung memberikan reaksi yang seolah-olah ga percaya.
“ Bohong kali, ini hanya akal-akalan kamu saja!!! Supaya HP nya bisa diambil lagi.Akupun menjelaskan sekali lagi” Bu..ini benar!!! Kalo ibu tidak percaya boleh ibu telepon ke nomer teman aku!!! Rupanya hati ibupun luluh juga…akhirnya HP akupun diserahkan lagi sama aku.  
Dengan hati senang akupun mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guruku, dan sekali-kali ibu masuk ke kamarku sambil bertanya” lagi ngerjain tugas, atau lagi main HP?
            Hari-hari berikutnya, akupun mulai menepati janjiku…membantu meringankan pekerjaan ibuku, walau hanya menyapu lantai, membereskan tempat tidurku, dan sekali-kali mengeringkan pakaian yang dicuci ibuku. Dan akupun diperbolehkan memegang HP lagi. Terimakasiiih ibuku sayaaang,



            Nama : Amrina Rossyada Fitria
                                                                                                  Kelas : 9A

Comments