Pengalaman Pahit ; by Raka Arya Putu Suwindra


Prakata
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
        Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW, Beserta para sahabat dan keluarga beliau yang telah memberikan tauladan dalam menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat.
Rasa syukur yang tak terhingga diberikan atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
        Cerpen ini semata-mata ditulis atas tugas dari Bapak Iwan Suhiwan, S.Pd. dan kenang-kenagan 9A tahun pelajaran 2017-2018. Penulis menyadari bahwa Cerpen ini masih kurang sempurna sehingga kepada pembaca, kiranya dapat memberikan saran yang sifatnya membangun agar kekurangan-kekurangan yang ada dapat dapat diperbaiki. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna pada diri pribadi penulis dan orang yang membaca Cerpen ini. Amin.



Kuningan, 19 November 2017
Raka Arya Putu Suwindra



Pengalaman Pahit
Oleh: Raka Arya Putu Suwindra
            Hari ini adalah hari yang cerah. Sinar matahari menyinari sekolahku walaupun sinar matahari sedikit ditutupi gedung dan pepohonan yang ada di sekitar jalan. Angin berhembus membuat udara sedikit sejuk dan menggoyangkan pepohonan sehingga seperti terlihat bergerak. Suara air mancur yang berasal dari kolam dekat kelas dan kantor kepala sekolah membuat hari semakin lebih indah. Walaupun begitu, aku terus memikirkan keadaan kakakku yang sedang pergi ke luar negeri. Dia mendapat rezeki untuk pergi ke suatu negara di Eropa yang aku tidak tahu namanya. Aku sengaja tidak bertanya pada kakakku sebelum dia berangkat agar aku terkejut dengan cerita kakakku yang nanti akan dia ceritakan.
            Saat dia akan pergi, kami berjanji akan saling bertukar kabar. Hari-hari pun berlalu tetapi dia tidak pernah memberi kabar. Aku selalu berfikir positif “Mungkin.....dia sibuk atau sedang tidak mempunyai niat untuk menelponku.” Akhirnya dia mengabariku lewat surat yang sudah di tulis beberapa hari yang lalu “Aku baru sampai di sini. Maaf tidak memberi kabar ya dik. Sinyal di sini kurang bagus jadi aku mengirim surat saja. Kabar ku oke tidak apa apa. Aku sudah mulai rindu denganmu dan kedua orang tua kita. Aku akan pulang ke Indonesia beberapa hari lagi. Semoga aku pulang dengan selamat.” Saat membaca surat itu aku sangat senang sekali. Akupun menulis surat juga untuknya. Tapi ayah entah mengapa menolak. Mungkin surat itu akan tiba di sana saat kakakku sudah pulang.
              Beberapa minggu terlewati, aku mulai berfikir negatif. Aku benar-benar cemas dengan keadaan kakakku. Ayah dan Ibupun berfikir demikian. Sejak hari ini aku mulai menulis surat untuknya karena Ayah sudah setuju lagi. Aku menulis, menulis, dan menulis tapi usahaku sia-sia. Tetap tidak ada kabar darinya.
               Sudah empat bulan berlalu, waktu terasa begitu cepat sekali. Namun kabar dari kakakku tidak kunjung datang. Sejak hari ini aku berhenti menulis karena itu tidak membantu sama sekali. Ayah dan Ibu berusaha untuk menemukan kakakku dan terus mencari informasi hasilnya terus berujung ke jalan buntu. Di sekolah aku sedikit curhat sama sahabatku. Dia mendengarkanku dan dia sedih sebab apa yang aku ucapkan padanya. Sepulang sekolah, aku mengganti pakaian dan makan siang. Setelah makan kudengar suara dari pintu. Akupun membuka pintu itu tanpa harus disuruh terlebih dahulu karena anak zaman sekarang atau kids jaman now tidak terlalu mengenal sopan santun. Alangkah terkejutnya diriku, kulihat seorang perempuan yang berasal dari luar negeri alias bule datang ke rumahku. Dia membawa surat. Aku memanggil ibuku yang sedang berjalan ke sini. Ibuku mengambil surat itu dan membacanya tanpa membuat suara. Air mata keluar dari matanya, air itu membasahi pipinya yang berwarna kuning. Ayah yang kebetulan ada di rumah membaca surat itu. Dia mulai memeluk ibu yang seddang sedih. Aku mengambil surat itu dan saat kubaca aku tidak bisa berkata-kata. Menangis pu tak bisa. Walau surat itu ditulis dalam Bahasa Inggris, aku masih bisa membacanya. Surat itu mengatakan bahwa kakakku meninggal bukan karena kecelakaan saat di sana atau terkena penyakit serius tapi karena dibunuh seseorang. Perasaan marah mulai merasuki Ayah dia berteriak kepada Bule itu “Kenapa hal ini bisa terjadi!” Teriak ayah pada Bule itu.
      “Biar aku jelaskan pada kalian” Kata dia dengan suara yang tenang agar ayah tidak    membuat suara yang keras.
       “Namaku Alice. Aku termasuk korban dari peristiwa pahit ini. Aku pemandu tur uji coba                                                hotel di Amerika. Awalnya berjalan lancar namun ada seorang pembunuh yang menyamar menjadi pengunjung yang sebenarnya memperkejakanku lewat temanku. Aku tidak tahu muka pembunuh itu awalnya karena tidak pernah bertemu dengannya. Orang itu membunuh lima orang.” Kata Alice.
        “Aku akan menceritakan semuanya lewat diary anak kalian yang ditemukan di tasnya.”
          Aku bernama Anggra Frazaki sering dipanggil dra atau Andra. Mungkin ayah lebih suka nama Andra daripada Anggra. Aku menyempatkan diri untuk menulis surat untuk Adikku, Silvy dan untuk Ayah dan Ibu karena aku tahu di sana tidak adda sinyal internet. Setelah itu aku akan berjalan ke luar bandara. Saat berjalan dari bandara menuju bus yang sudah disediakan hotel dari pagi, Anggra bertemu dengan dua orang yang berasal dari Indonesia. Beberapa menit kemudian orang-orang mulai masuk ke bus. Kendaraan ini pun semakin penuh walaupun baru naik beberapa menit yang lalu. Alice memperkenalkan diri pada semua orang yang berjumlah sembilan orang termasuk dia sendiri.
         “ Nama saya Alice dan aku akan menjadi pemandu tur kalian semua” Kata Alice.
         “ Karena sudah memperkenalkan diri, semua orang harus memberi tahu nama sendiri pada semuanya yang ada di sini. Sebutkan juga tinggal di mana.” Lanjut Alice
         “ Namaku Anggra Frazaki tetapi lebih sering dipanggil Andra, tinggal di Indonesia”
         “ Nama Amara Fendelson dan sebelahku adalah saudari kembarku yang sangatlah pemalu. Dia sendiri bernama Amaya Fendelson. Kami tinggal di negara ini.”
         “Kami berdua adalah Andy Fahri dan Adina Fanny berasal dari Indonesia.”
         “Namaku......Eliza tinggal di Amerika.”
         “Nama saya Chandra berasal dari Indonesia tapi tinggal di Amerika.”
         “Sepertinya sudah semua, aku akan memberikan informasi tentang daerah sini dan tentang hotel yang akan kita datangi.” Kata Alice dengan muka tersenyum.
          Beberapa jam mungkin telah berlalu, akhirnya kami semua sampai di kastil yang di ujicoba yang nantinya akan menjadi hotel. Saat semua orang akan masuk ke gerbang yang sedikit menyeramkan karena dicat hitam dan sedikit berlumut serta gerbang yang bertema gothic membuat kastil ini lebih terlihat menyeramkan bagi Andra. Tiba-tiba suara seseorang memanggil semua orang.
          “Chandra, aku sudah menunggu dari tadi.” Kata lelaki yang tidak diketahui.
          “Oh, ya biar aku perkenalkan. Namanya Dzaki, dia sepupu jauhku.” Kata Chandra.
          Semua orang masuk ke kastil itu. Alice menjelaskan semuanya secara detail, siapa yang membeli kastil ini walaupun Alice sendiri tidak tahu namanya. Kemudian dia menjelaskan ada berapa ruangan di kastil ini. Jumlahya tidak bisa dihitung, karena selain ada kamar, dapur, masih banyak ruangan lain yang tidak diketahui namanya. Setelah semua berkumpul di suatu ruangan yang dulunya ruang keluarga Alice memberi kunci kamar ke masing masing pengunjung kemudian Alice memandu kami ke kamar tidur. Andra duduk di kursi yang satu set dengan meja kemudian mulai membaca buku. Baru membaca beberapa halaman, Dzaki mengajak Andra untuk pergi ke ruang makan untuk makan siang tentunya. Andra menandai halaman kemudian pergi ke ruang makan bersama Dzaki. Andra bertanya kenapa dia dan Chandra adalah kerabat jauh. Dzaki bilang “Ibu mempunyai dua sepupu. Salah satunya ibunya Chandra. Aku lahir di Amerika tapi tinggal di Indonesia kebalikan dari Chandra.”
           Di ruang makan semua orang sudah datang termasuk Chandra, Amaya, Amara, dan Eliza. Alice sedang memasak makanan. Dia memasak sudah dari saat memandu semua orang ke kamar tidur. Tentu saja itu bisa ditebak karena hanya Alice karyawan di sini. Belum ada orang yang memasak dan membersihkan di kastil ini. Beberapa menit kemudian Alice membawa makanan lezat dan minuman yang menyegarkan. Semua orang pun makan pada jam 14.20 dan selesai jam 14.50. Setelah itu semua orang berbincang-bincang sangatlah lama. Kira-kira sampai jam 15.28. Semuanya mulai sangat dekat sampai sudah melihat kepribadian orang lain. Misalnya saja Amara orangnya pemberani, energik, dan menyenangkan atau Fahri orangnya pintar, baik, dan sopan. Saat sedang asiknya mengobrol tiba-tiba Eliza berteriak. Dia berteriak karena ada burung elang. Alice bilang “Tenang burung itu memang dipelihara oleh pemilik kastil ini”.
           Anehnya sang elang tidak bisa diam, dia terus terbang ke sana ke sini untungnya ruang makan ini luas sekali dua kali lipat aula sekolah Adikku. Langit-langitnya pun lumayan tinggi. Suara benda jatuh terdengar, pastinya karena elang itu. Kali ini Amaya teriak bukan Eliza. Bukan karena benda yang jatuh itu karena benda itu hanyalah box yang belum dipindahkan tapi karena lukisan yang mungkin menurut perempuan biasa menyeramkan sekali tetapi hanya sesaat tapi untuk laki-laki biasa hanya membuat kaget saja. Lukisan itu seorang perempuan manis tapi sebelah lukisan itu seorang laki-laki yang mukanya aneh dan seram. Sulit untuk digambarkan seorang Andra. “Sebenarnnya dia adalah orang pertama yang menghuni kastil ini alias pemilik pertama.” Kata Alice.
             Semua orang tiba-tiba berbicara sambil berbisik. Sepertinya hanya Andra dan Alice saja yang terheran-heran. Kenapa semua orang terlihat aneh sekali. Terlihat takut, tidak senang atau perasaan lainnya. Andra mencoba untuk memanggil-manggil atau berbicara pada Dzaki tapi dia tidak dihiraukan atau bahasa jaman sekarang dikacangin. Kemudia dia mencoba lagi berbicara pada yang lain tapi tetap saja hasilnya sama. Kemudian Andra berteriak “Sebenarnya apa yang terjadi!”. “Biar aku bercerita.” Kata  Amaya.
              Pada zaman dimana dunia masih tidak terlalu mengenal teknologi, ada seorang perempuan berparas cantik dan manis. Suatu hari dia dinobatkan menjadi seorang ratu di daerah ini atas permintaan Ayahnya atau raja. Dia sangatlah senang, dia menggelar pesta untuk merayakannya. Akan tetapi saudara laki-lakinya sangatlah iri padanya. Dia berfikir kenapa bukan dia yang menjadi pemimpin. Karena dia kakaknya sang ratu, satu-satunya laki-laki di keluarganya. Tapi dia tidak berfikir kenapa hubungan dia dan ayahnya sangat buruk. Dia juga tidak berfikir betapa banyaknya kesalahannya pada kerajaan ini. Laki-laki itu akhirnya meminta pada penyihir yang baik hati di luar namun jahat di dalam agar dia menjadi raja. Sang penyihir memiliki satu permintaan. Sang laki-laki harus tenggelam di dalam kolam di kastil. Itu adalah perjanjian yang gila tapi sang laki-laki itu malah menerima perjanjian gila itu. Sang laki-laki menceburkan diri di kolam dan kemudian dia mati karena tenggelam. Sang penyihir mulai membuat sesuatu yang diharapkan sang laki-laki itu. Penyihir menyihir kolam dan membuat suatu kutukan bahwa seseorang yang jatuh ke kolam itu akan menjadi sang lelaki itu. Sang ratu yang sedang berjalan-jalan dekat kolam jatuh ke dalam kolam dan dia berbuah menjadi lelaki itu. Lelaki itu hidup kembali dalam tubuh ratu yang berubah menjadi tubuh pria seolah sang ratu tak ada lagi. Ada kelemahan dalam mantra ini yaitu sang lelaki tidak bisa mengontrol emosi, tidak akan disukai oleh orang lain, dan memiliki muka yang menyeramkan. Sang ratu masih bisa mengontrol tubuhnya. Karena sang ratu sering membaca buku apapun maka dia tahu cara menjadi dirinya lagi. Caranya tenggelam dalam air yang sangat dingin seperti es. Sang ratu pun tenggelam di air yang sangat dingin akhirnya dia kembali normal. Sang lelaki yang masih ada di tubuh ratu tidak terima dan akhirnya terus mencoba untuk menenggelamkan sang ratu ke kolam yang dikutuk itu. Akan tetapi sang penyihir salah memberi mantra. Memang yang pertama masuk berubah akan tetapi jika masuk kedua kalinya maka si manusia itu akan menjadi gila. Sang ratu pun masuk ke kolam lagi. Dan sang ratu yang sekarang sang lelaki membunuh sang penyihir dan membunuh warga-warga kerajaan ini. Demikian juga Ayah dan Ibunya, dia pun membunuh mereka berdua. Hampir semua orang terbunuh sampai akhirnya seorang yang bijaksana mengurung sang lelaki dengan wujud yang tidak dapat menyentuh benda hidup ataupun mati sekalipun. Walaupun sang lelaki sudah dikurung, dia tetap saja dendam pada semua orang yang masuk ke wilayahnya termasuk desa ini. Dia tetap akan terus membunuh semua orang karena dia berfikir semua orang adalah orang yang bijaksana itu.
                “Baiklah itu kan hanya mitos, cerita itu mungkin tidak nyata, kan.” Kata Alice.
                “Itu benar, cerita seperti itu biasanya dibuat-buat.” Kata Andra.
                “Benar juga ya, kenapa harus terlalu percaya.” Kata Dzaki.
                “Tapi cerita itu nyata aku tahu itu.” Kata Amaya.
                “Baiklah Amaya kita kembali ke kamar saja.” Kata Amara.
                   
          Setelah cerita tadi Andra sangatlah lelah tapi masih jam 16.00. Terlalu siang untuk tidur karena di Amerika siang lebih lama daripada malam hari. Andra pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Sekarang jam 16.30 , Andra mandi terlalu lama. Untuk menyempatkan waktu, Andra menulis di buku diary nya. Memang kebiasaan seperti ini dilakukan perempuan tapi Andra melakukannya agar dia terbiasa untuk menulis. Jam 16.47 Andra pergi untuk berjalan-jalan. Andra melihat-lihat saat mengetahui pintu kamar Eliza terbuka. Saat dilihat, Eliza ternyata sedang menangis. Andra tidak ingin masuk karena akan menggangu Eliza. Andra hanya pergi ke ruang tamu yang memiliki perapian yang lumayan besar. Besar semua ruangan di sini sangatlah luas bahkan toilet dan lorong yang dipenuhi lukisan berharga dan dilapisi karpet merah. Di ruangan itu semua orang ternyata sedang mengobrol tentang kejadian tadi. Saat sedang mengobrol Alice tiba-tiba bertanya kemana Dzaki. Semua orang bertanya tidak tahu, tadinya Andra ingin mengajak Dzaki ke sini tapi kamarnya terkuci rapat. Yang ku lihat hanya Eliza. Fanny penasaran saja dan pergi ke kamar Dzaki sambil berlari. Maksudnya mungkin dia ingin memastikan Dzaki baik-baik saja. Tiba-tiba Fanny berteriak dengan keras. Tentunya semua orang pergi ke Fanny. Hal mengejutkan yang tidak disangka-sangka terjadi. Dzaki tewas di tempat. Mukanya hancur oleh kapak yang besar yang berasal dari hiasan set kesatria di lorong yang menuju dapur. Karena warna baju zirah dan kapakknya warna merah mirip darah pasti semua orang yang melihat tak akan sadar. Amaya tiba-tiba berkata “Apakah ini ulah sang lelaki itu?” Andra benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi. Fahri bertanya dengan cemas dan takut disampingi emosi yang lain “Apakah ada jalan keluar dari sini?”. Alice berkata “Tidak ada jalan keluar dari sini. Tidak ada sinyal telepon dan bus akan datang lagi 7 hari lagi. Desa yang paling dekat dua kilometer dari sini. “Jadi kita harus bertahan hidup di sini, bagaimana dengan makanan dan sang pembunuh.....” Kata Amara. “Makanan sangatlah banyak kita bisa bertahan selama 7 hari bahkan lebih tapi sang pembunuh......” Kata Alice. “Aku punya ide bagaiman kalau kita semua selalu bersama sampai hari ketujuh.” Usul Chandra. “Aku setuju.” Kata Eliza yang tiba-tiba datang entah darimana.
     “Baiklah kita semua akan selalu berkumpul kecuali jika ingin ke toilet atau tidur.” Kata  Chandra.
        Maka sekarang jam 17.00 dan seterusnya semua orang terus bersama tapi itu mungkin tidak akan berguna pikir Andra. Percuma saja jika terus bersama jika sang pembunuh mempunyai ide untuk membunuh yang lain. Andra mulai menyelidiki kasus pembunuhan itu. Sebenarnya tadi Andra ingin menulis surat untuk Silvy tapi sepertinya hal itu harus ditunda karena tidak ada waktu untuk itu.
        Keesokan paginya Alice membuat makanan ala Amerika tapi tidak memakai Babi karena dia tahu itu haram. Saat semua orang sedang makan dengan keadaan seperti ini canggung, takut dan yang lainnya. Semua orang terdiam, hening seperti sedang di pemakaman saja. Hal ini tentu membuat Andra merasa tidak nyaman sekali. Saat selesai makan percakapan terjadi.
         “Menurutku pembunuhan ini dilakukan oleh salah satu dari kelompok ini.” Kata Andra.
         “Aku setuju, tapi bagaimana kita mengetahui sang pembunuh?” Kata Amara.
         “Kita harus memberi tahu apa yang kita lakukan saat pukul 16.00 sampai kita berkumpul tadi malam pukul 16.47.” Kata Andra menjawab.
         “Aku sendiri ada di kamarku. Aku mandi sampai jam 16.30. Setelahnya aku menulis sesuatu. Awalnya aku membuka pintu kamar Dzaki namun pintunya terkunci rapat. Jadi aku langsung pergi ke ruang tamu.” Kata Andra
         “Kira-kira jam 16.20 aku memasak makanan untuk makan malam tapi karena tadi semua orang tidak makan malam ya, makanannya aku simpan di kulkas. Kemudian aku pergi ke ruang tamu.” Kata Alice.
         “Aku membantu Alice memasak karena memasak untuk lebih dari empat orang itu sulit. Setelah itu aku melakukan apa yang Alice bilang tadi.” Kata Amaya sekaligus memperkuat argumen Alice sekaligus dirinya.
         “Kalau aku sih sedang berjalan-jalan ke taman karena Amaya membantu Alice. Di taman yang lumayan besar aku bertemu Fahri dan Fanny. Mereka berdua mengajakku pergi ke ruang tamu, maka aku ikut pergi ke ruang tamu.” Kata Amara
         “Seperti yang dikatakan Amara, kami sedang ada ditaman. Kami sedang duduk di kursi taman dekat air mancur yang besar itu.” Kata Fahri sambil menunjuk air mancur yang kelihatan dari jendela yang besar.
         “Aku selalu bersama Fahri dan tidak pernah meninggalkannya.” Kata Fanny
         “Setelah semua orang pergi dari ruang makan, aku bertemu dengan Andra tapi dia sepertinya tidak melihatku karena dia sepertinya lelah dan akan bersiap untuk mandi.” Kata Chandra.
         “Aku.... sedang diam di kamarku.” Kata Eliza.
         “Apa ada orang lain di kamarmu?” Kata Chandra.
         “Tidak aku hanya sendirian saja.” Jawab Eliza.
         “Hanya kau Eliza yang memiliki alibi yang lemah, maka kaulah pembunuhnya.” Kata Chandra.
         “Tunggu! Kita tak bisa asal mengambil keputusan. Sebenarnya aku melihat Eliza di kamarnya jadi dia tidak mungkin membunuh Dzaki.” Kata Andra.
         “Tapi tetap saja Eliza bisa membunuh Dzaki. Dia juga yang terakhir datang ke kamar Dzaki kan. Dia mungkin menyimpan kapak itu lagi ke tempatnya jadi dia datang terakhir.” Kata Amara yang sepertinya setuju dengan Chandra.
        Pembicaraan ini berakhir dengan cepatnya. Semua orang pergi entah ke mana dan Andra sendiri pergi ke kamarnya untuk melengkapi diarinya agar semua cerita ini bisa di satukan dan bisa diceritakan ke Silvy dan orang tuanya. Sekarang pukul 13.00. Jam makan siang dimundurkan karena kejadian yang menyebalkan bagi Andra. Kenapa ada orang membunuh orang lain dan apa motifnya? Andra terus memikirkan pertanyaan itu.
        Andra keluar kamar dan mendengar suara Eliza menangis lagi di kamarnya. Di dalam kamar ada Amaya yang sedang mendengarkan cerita dari Eliza. Andra menguping percakapan mereka berdua.
        “Apakah ada yang salah?” Ucap Amaya.
        “Aku sedih karena melihat Fahri lagi.” Jawab Eliza.
        “Memangnya kenapa?” Lanjut Amaya.
        “Begini, tiga tahun lalu pesawat Indonesia yang akan berangkat ke Amerika mengalami kecelakaan dan jatuh ke laut dekat Amerika. Aku dan Fahri selamat, tapi Fahri mengira aku sudah tiada. Mungkin karena aku diurus oleh seorang yang baik hati di negara ini. Aku sempat berbicara dengan Fahri kemarin malam dan sepakat melupakan semuanya namun aku tetap tidak bisa melupakan dia.” Kata Eliza.
         “Tunggu dulu, kau bilang kau kecelakaan saat menaiki pesawat itu? Sebenarnya aku juga mengalami kecelakaan pesawat. Aku tadinya akan pulang dari Indonesia dengan Amara. Untungnya kami selamat dari insiden itu.” Kata Amaya.
         “Satu hal lagi, apakah Eliza nama aslimu?” Lanjut Amaya.
         “Bukan, nama asliku adalah Aisha Felicia.” Jawab Eliza.
         Ini membingungkan bagi Andra, sebenarnya Andra juga mengalami kecelakaan pesawat dua tahun lalu bersama Silvy dan sahabatnya yang bernama Lisa. Kami awalnya akan bermain ke rumah Lisa yang ada di Amerika namun insiden itu terjadi. Andra dan Silvy selamat namun kami tidak tahu Lisa selamat atau tidak. Andra ingin melihat taman yang ada di luar kastil. Andra bertemu dengan Fahri.
           “Hei dra, apa kau melihat Fanny, aku tidak bisa menemukannya. Tadi dia bilang akan memberiku hadiah dan dia memintaku untuk menunggu di sini.” Kata Fahri.
           “Bagaimana jika kita berdua mencari dia.” Kata Andra.
           “Baiklah dra.” Jawab Fahri.
        


           Sekarang sudah pukul 13.47. Andra dan Fahri mencari Fanny dari jam 13.34. Sudah lama sekali. Karena makan siang sekarang di luar. Maka Fahri berpikir Fanny sudah ada di meja piknik. Jadi mereka berdua pergi ke meja piknik. Di sana semua orang ada kecuali Fanny dan Eliza. Saat Fahri duduk di kursi tiba-tiba ada sesuatu jatuh dari pohon yang ada di atas meja piknik. Sesuatu itu adalah seseorang bernama Fanny. Dia meninggal dan wajahnya juga hancur oleh kapak seperti wajah Dzaki. Fahri terus mencoba untuk membangunkan Fanny yang sudah meninggal. Di saat itu juga Eliza datang sambil berlari. Semua orang terus saja melihat Eliza yang ketakutan. Semua orang sepertinya menjadikan Eliza menjadi tersangka utamanya. Semua orang berpikir begitu kecuali Andra dan Alice. Amaya sepertinya berpikir kalau Eliza pelakunya karena percapakapan Eliza dan Amaya di kamar. Eliza tetap bersikeras kalau dia tidak membunuh Dzaki maupun Fanny namun yang lainnya masih tidak percaya.
            Sore hari tiba dengan sangat cepat. Semua orang mulai menghindari Eliza dan tetap bersama-sama di ruang keluarga yang dilengkapi televisi layar lebar. Kastil ini memang memiliki segalanya. Malam hari semua orang tidak ingin mengambil risiko jadi semuanya sepakat akan tidur bersama di ruang keluarga yang akan dijadikan lobi itu. Andra melihat Amara membereskan barang-barangnya dan mengajak saudari kembarnya untuk pergi dari sini dengan berjalan kaki. Amaya tidak ingin pergi dari kastil ini karena berbahaya. Jadi Amara memutuskan untuk pergi sendiri sebab menurutnya ini adalah jalan yang terbaik. Dia tidak bisa menunggu bantuan beberapa hari lagi. Saat Amara pergi dari kastil, semua orang tidur.
             Pagi hari yang cerah tapi diselingi dengan ketakutan dan kecemasan, Alice bersiap kembali untuk membuat makanan. Andra meminta kepada Alice untuk membantu dirinya. Alhasil Alice senang dengan perkataan Andra sebab menurutnya lebih banyak lebih baik, lebih banyak yang membantunya, lebih cepat dan menyenangkan.
             “Hari ini kita akan memasak apa?” Kata Andra.
             “Kita akan membuat breakfast food yang ada di resep ini.” Kata Alice.
             “Kalau begitu aku akan mengambil peralatan dan kau menyalakan api.” Kata Alice lagi.
              Saat pintu lemari akan dibuka Amara jatuh dari lemari itu. Alice berteriak dengan sekencang-kencangnya sampai semua orang datang ke dapur. Melihat mayat yang tiba-tiba jatuh ke diri sendiri pasti akan berteriak karena kaget. Kali ini mukanya tidak hancur oleh kapak, tapi dia ditusuk mati. Kemudian ada suara teriakan lagi yang berasal dari ruang keluarga atau lobi. Amaya yang tadi sedang bersama dengan Chandra dan Eliza berteriak karena menemukan pisau yang diklaim milik Amara ditemukan di bawah bantal Eliza. Pisau itu hanya sedikit berlumuran darah. Sepertinya pisau itu sudah dilap bukan dicuci. Hal ini membuat semua orang lebih menyalahkan Eliza bahkan Alice yang tidak percaya tentang apa yang terjadi sekarang menyalahkan Eliza.
              Setelah makan pagi, semua orang pergi keluar untuk mencari jalan keluar dari kastil ini. Di sekitar kastil adalah padang rumput yang luas sekaligus hutan yang memiliki sedikit fauna. Semuanya mencari hampir dua jam tapi tidak punya hasil apa-apa. Saat semua orang berkumpul di dekat taman, sang elang terbang di suatu area. Andra tiba-tiba lari ke tempat elang itu berada otomatis semuanya yang ada di sini termasuk Fahri, Amaya, Alice, dan Chandra mengejar Andra. Ternyata apa yang dikelilingi elang itu adalah Eliza yang terbaring di rumput sambil memegang kapak kecil dan surat bunuh diri karena penyesalannya sudah membunuh Dzaki, Fanny, dan Amara. Fahri, Andra, Amaya, Chandra, dan Alice kembali ke kastil dan mengobrol panjang tentang kejadian ini. Semua orang beranggap ini sudah berakhir namun Andra berpikir sebaliknya. Mungkin saja ini ide sang pelaku. Saat Andra berpikir, dia menemukan sesuatu yang aneh. Dia kemudian membuat rencana untuk menangkap sang pembunuh. Dia hanya memanggil beberapa orang yang dia percayai untuk melakukan rencana itu. Setelah itu orang yang dipercayai setuju dengan Andra dan membahas rencananya.
               Malam hari tapi hari yang ke enam, Alice pergi ke kamarnya sendiri tanpa ditemani siapa pun. Lampu-lampu dimatikan agar sang pembunuh terkecoh. Awalnya rencana ini mungkin rencana ini tidak akan berhasil tapi ini justru membuahkan hasil. Sang pembunuh masuk ke kamar Alice dengan membawa kapak yang tadinya dipegang oleh Eliza tadi siang dan mencoba untuk membunuh Alice. Dua orang menangkap sang pembunuh dan rencana pun selesai dilakukan. Dua orang yang menangkap itu Andra dan Amaya. Saat lampu dinyalakan ternyata yang membunuh orang-orang adalah Chandra. Yang paling anehnya dia langsung mengaku sambil tertawa. Dia tidak membela dirinya sendiri kalau dia tidak mencoba untuk membunuh Alice.
               “Benar sekali, aku membunuh Dzaki, Fanny, Amara, dan Aisha atau Eliza.” Kata Chandra.
               “Kejamnya.” Kata Alice.
               “Tapi kenapa kau melakukan hal yang tidak berperikemanusiaan ini?” Tanya Amaya.
               “Kenapa kau tega membunuh Fanny?” Kata Fahri sambil kesalnya.
               “Aku melakukannya untuk kekasihku yang beda dua tahun dariku Lisa.” Jawab Chandra
               “Maksudnya Lisa Anderson?” Tanya Andra dengan kaget.
               “Bagaimana kau tahu?” Tanya Chandra ke Andra.”
               “Kami naik pesawat itu bersama dan kami terpisah saat kecelakaan itu.” Jawab Andra.
               “Benarkah..... Lisa adalah kekasihku. Kami bertemu di Amerika tepatnya di sekolah kami. Aku pindah ke Indonesia dan dia tetap di Amerika. Suatu hari dia mendatangi rumahku dan kami mengobrol pada orang tuaku kalau kami ingin menikah di masa depan. Orang tuaku setuju dengan keputusan kami begitu pun orang tua Lisa yang sudah di beritahu dari dulu. Tapi kesenangan itu hanya sesaat, saat dia pergi lagi ke Amerika pesawat itu jatuh ke laut dan dia tewas karena tenggelam. Ada orang selamat bicara padaku saat aku memeluk mayat Lisa. Dia bilang kalau seseorang yang berinisial AF mendorong dia sampai dia meninggal. Orang itu tahu inisialnya karena melihat baju orang yang mendorong Lisa. Aku sangat marah, jadi aku mengumpulkan data korban yang selamat dari insiden itu dan mengumpulkannya di sini. Aku pun membeli kastil ini karena tempatnya sangat cocok dengan rencanaku. Awalnya Dzaki tidak setuju saat aku beritahu waktu itu tapi aku melawannya dan membunuhnya. Aku tak tega namun aku lebih tak tega membiarkan orang yang merenggut kebahagiaanku dengan Lisa hidup. Jadi aku terus membunuh dan menyalahkan Aisha karena dia adalah sasaran yang akan membuat kalian tenang jika kalian berpikir kalau dia bunuh diri sebab apa yang aku lakukan.” Ucap Chandra.
                “Sebenarnya ini adalah ulahku, aku mendorong gadis itu ke laut seharusnya aku menolongnya namun aku tak bisa melakukan apa-apa.” Kata Fahri.
                Chandra mengeluarkan pisau dan mencoba menusukannya pada Fahri. Namun Andra menghalangi Chandra dan pisau itu menusuk tubuh Andra. Darah keluar dari tubuhnya dan tiba-tiba Chandra bunuh diri. Usaha untuk menolong Andra atau pun Chandra tidak akan membuat keduanya selamat. Keduanya meninggal di tempat dan kejadian ini terjadi sampai pagi hari. Bus datang, dengan cepatnya Alice meminta bantuan pada sopir bus. Ketiganya langsung membereskan barang-barang mereka dan kerabatnya. Alice membawa diari Andra dan ingin memberikan secara langsung pada keluarganya. Karena menurutnya itu adalah apa yang diinginkan Andra.
                 Sudah beberapa jam Alice bercerita, Ayah dan Ibu terus sedih ada aku ikut sedih juga. Alice memberikan diari Andra padaku. Aku bertanya apa yang terjadi pada kastil dan orang yang selamat lainnya. Alice menjawab kastil itu diberikan padaku karena orang tua Chandra tidak ingin memiliki kastil itu dan Fahri berusaha untuk menjadi orang yang berguna untuk semua orang dan Amaya mengelola kastil itu denganku.
                  Beberapa menit kemudia Alice izin pamit karena harus pulang ke Amerika. Kami berdoa untuknya agar dia tidak mengalami insiden kecelakaan itu lagi. Setiap hari aku membaca diari Kakakku. Aku ingin tahu perasaan dia sekarang apa itu senang, sedih, marah, atau perasaan lainnya yang bercampur aduk. Untuk sekarang aku tidak bisa sedih lagi aku harus senang kembali seperti biasa karena pengalaman pahit yang dialami olehku, kakakku, orang tuaku, atau orang lain tak bisa membuat diriku sedih terus menerus.

Comments