Rumah Baru ; by Dara Nopianti


 Rumah Baru

   Pukul 10.00 telah tiba waktunya siswa siswi smpn Nusa Bangsa istirahat.Aku dan teman-temanku langsung bergegas ke kantin untuk membeli makanan,sesampainya di kantin aku todak pernah melihat ada seoranh cewe berambut panjang di sekolahku,aku dan teman-temanku langsung menhampiri.
Haii.....
"Bolehkah aku berkenalan dengan mu?cewe itu menjawab "Boleh"
      Haii salam kenal sebelumnya ya,   Namaku Putri Nabila. Biasanya aku dipanggil putri. Aku adalah seorang gadis berusia 13 tahun yang tinggal bersama kakakku. Kakakku berman Ayu Amelia aku biasa memanggilnnya ka Amel dan ia sekarang berusia 17 tahun. Ayah dan ibuku sudah meninggal 1 tahun yang lalu. Sebelum orang tuaku meninggal, keluarga kami adalah keluarga yang kaya, tetapi perusahaan ayahku bangkrut karena banyak hutang. Kedua orang tuaku meninggal pada sebuah tragedi yang sangat tragis. Sejak itulah aku dan kakakku memutuskan untuk berhenti sekolah dan bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup.
          Aku tinggal di sebuah gubuk dekat sawah, yang jauh dari kota. Rumah lama kami disita untuk membayar hutang-hutang perusahaan ayahku. Kami hanya tinggal berdua saja. Pekerjaanku setiap hari berdagang jajanan pasar di desa dekat rumah kami.
Komplikasi
“Kak bangun sudah subuh” kataku membangunkan kakakku.
“5 menit lagi” sembari menarik selimutnya
“Ayolah kak, marilah kita sholat bersama” kataku sambil menggoyangkan tubuhnya yang bersembunyi dibalik selimut.
          “Oke oke aku bangun” jawab kak Dinda sambil bangun dari tidurnya.
***
          Pagi telah tiba, waktu kami untuk berjualan. Aku dan kakakku berjualan secara terpisah, aku di desa sebelah dan kakakku di desa seberang. Kami berjanji pulang sebelum waktu matahari terbenam.
          “Aku heran, mengapa semakin hari pelangganku berkurang? Apa jajananku sudah tidak enak lagi? Aku yakin mereka sudah tidak suka jajanan pasar tetapi mereka lebih suka jajanan buatan pabrik” kataku dalam hati.
          Akhirnya aku memutuskan untuk berjualan di depan sekolah dekat kota. Sekolah itu bernama SMP Nusa Bangsa. Saat di rumah aku dan kakakku saling berbagi cerita tentang apa yang kami rasakan masing- masing.
“Kak, pelangganku semakin berkurang, sehingga aku sekarang sudah tidak berjualan di desa seberang lagi kak” kataku
“Lalu, kamu sekarang berjualan dimana?” tanya kak Dinda
“Sekarang aku berjualan di Smp Nusa Bangsa. Sekolahnya bagus kak, anak- anaknya juga tampak bahagia. Aku ingin bersekolah disana kak” kataku.
          “Kalau begitu jika kamu berjualan disana kamu naik apa? Sekolah SMP Nusa Bangsa kan jauh” tanya kakak kepadaku.
          “Kita kan punya sepedah kakak, walaupun sepedah itu sudah lama yang penting aku bisa memakainya untuk pergi ke sekolah SMP Nusa Bangsa” Jawabku.
          “Ya sudah kalau begitu, kamu tidur dulu saja agar besok kamu tidak kelelahan saat berjualan di sana” kata kakak
          “Baiklah kak” jawabku.
***
          Keesokan harinya, aku berangkat ke SMP Nusa Bangsa dengan sepeda lamaku. Aku hari ini akan berangkat lebih siang karena menanti jam istirahat di sekolah itu. Di hari penjualan pertama jualanku habis terjual tanpa sisa, dan seterusnya pun juga habis terjual. Suatu saat aku bertemu seorang wanita karir yang turun dari mobilnya dan menghampiriku.
          “Dik saya mau beli semuanya, berapa harganya dik?” Tanya wanita itu sambil mengambil dompetnya.
          “Semuanya 20 ribu bu” jawabku.
          “Ini uangnya” kata wanita itu sambil memberiku uang 50 ribu.
          “Ini kembaliannya 30 ribu” kataku sambil memberikan kembalian.
          “Oh tidak perlu, adik ambil saja” kata wanita itu sambil menolaknya.
          “Terima kasih bu” kataku dengan gembira.
          Aku selalu pulang lebih awal dengan membawa uang lebih banyak dari biasanya, semenjak ibu itu selalu memborong daganganku. Kakakku terheran-heran, ia ingin membuktikannya. Akhirnya aku dan kakakku berjualan bersama di sekolah itu. Seperti biasanya ibu itu datang dan memborong daganganku dengan uang lebih. Dan akhirnya kakak pun percaya kepadaku bahwa daganganku selalu terjual habis karena diborong oleh ibu itu.
Resolusi
Keesokan harinya, sebelum ayam berkokok, ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku.
          “Tok-tok-tok” seseorang mengetuk pintu rumahku.
          “Oh iya sebentar” kata kakakku sembari membukakan pintu.
          Saat kakakku membuka pintu, ternyata itu adalah ibu yang selalu memborong dagangannku.
          “Ada perlu apa bu?” tanya kakakku terkejut melihat ibu itu dengan suaminya.
          “Nak, sebenarnya kedatangan ibu disini menjemput kamu dan adikmu” kata ibu itu.
          “Aku dan adikku mau dijemput karena apa?” tanya kakakku penasaran.
          “Nak, ibu ini sebenarnya tidak punya anak, suami ibu juga sudah setuju untuk mengadopsi kalian” jawab ibu itu
          “Setelah ibu perhatikan, sepertinya kalian hanya tinggal berdua saja. Sebenarnya hari itu ibu mengikuti adikmu pulang menuju rumah. Dari situ, ibu tau bahwa hanya ada kamu dan adikmu saja dirumah. Benarkah bahwa orang tua mu sudah tidak ada?”
          “Iya bu, orang tua kami sudah meninggal 1 tahun yang lalu” jawab kakakku
          Ibu itu bergegas membawa kami ke mobilnya dan menuju ke rumahnya. Sebelum sesampai di rumahnya ibu itu mengajak kami untuk berbelanja pakaian baru dan langsung menuju ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, suami ibu itu htmemberi kami masing-masing sebuah kunci.
          “Mulai sekarang kalian adalah anak kami. Ini adalah kunci kamar kalian. Kamar kalian ada dilantai 2” kata suami ibu itu.
          “Iya pak” jawab kami.
          “Oh iya, mulai sekarang kalian panggil kami papa mama” kata ibu itu sambil tersenyum manis.
          “Iya bu eh, maksudku mama” jawabku sambil tersenyum lebar. Lalu, kami tertawa bersama dan mulai hari ini kami menjadi keluarga baru yang bahagia. Sejak saat itu, keinginanku dapat terwujud yaitu aku bisa bersekolah di SMP Nusa Bangsa.
    Dan aku merasa seneng karena Putri sudah bersekolah denganku dan menjadi teman.

Comments