The King ; by Hilmi Ahmad F

 The King
Di pagi yang cerah ini, aku menyusuri lorong menuju kantin sambil mengobrol dengan teman - temanku. Di kantin, suara langkah kaki pun terdengar cukup keras karena kantin masih sepi. Jam menunjukan pukul 09.20 hanya ada beberapa orang yang sedang jajan di kantin. Aku bergegas berjalan dari satu kantin lainnya, dari satu kios ke kios lainnya. Setelah sekian lama, akhirnya ku memutuskan untuk membeli nasi goreng. Setelah itu aku duduk disamping kantin sambil melahap makananku. Sinar matahari menembus kaca yang membuat kantin terlihat sedikit lebih terang saat aku sedang memakan makananku. Setelah itu, terlintas dipikiranku “Apa yang akan terjadi selanjutnya ?”
Aku, seorang siswa yang sudah masuk tahun terakhir disekolah sedang duduk bersama teman-temanku. Sudah hampir 40 menit berlalu. Waktu terus berjalan, kantin semakin ramai dengan siswa yang sedang istirahat. Aku baru saja menyelesaikan makananku. Aku masih duduk dipinggir kantin. Setelah itu aku mulai mengobrol lagi dengan teman-teman. Hingga seseorang muncul menghampiriku dari balik keramaian. Seseorang yang memiliki tubuh besar, tinggi, dan memiliki banyak “Body guard”. Tidak ada satupun siswa yang tidak mengetahui namanya. Dialah Maman, sang “Raja”. Jika ada seorang pun yang mengganggunya, maka ia dan anak buahnya akan bertindak. Tapi ada satu fakta yang membuat banyak orang  terkejut. Si “penguasa” ini masih kelas 1 SMP. Ia berani melawan siapun, termasuk kakak kelasnya. Selama ia berkuasa, ia menentukan banyak aturan kepada banyak siswa. Contohnya adalah siapapun harus menuruti permintaannya, mau tidak mau harus dipatuhi. Di tengah-tengah keramaian ia menatapku tajam. Wajahnya menunjukan ekspresi marah. Bisa terlihat jelas, bahwa ia ingin bertemu denganku. Ia terus mendekat. Jaraknya hanya sekitar 5 meter dariku! Ia terus berjalan menuju ke arahku diikuti “Body Guard” nya. Aku berusaha menghindar darinya, tapi usahaku sia-sia dia sudah berada tepat didepanku. Setelah itu dia menggenggam kerahku.
“Hei, kamu mempunyai keberanian untuk duduk ditempat kesukaanku?” tanyanya.
“Ini tempat umum, seperti yang kau ketahui” jawabku.
“Mungkin ini bukan tempat umum, karena ini tempatku!” Ucapnya.
“Tapi semuanya berhak duduk disini!” jawabku kembali” jawabku kembali.
Disana hampir terjadi keributan,sampai ada guru yang sedang berjalan menuju kantin. Dengan seketika ia melepaskan genggamannya. Kemudian ia menghilang di balik keramaian. Sebelum dia pergi, ia sempat menatapku. Setelah itu aku kembali ke kelas bersama teman-temanku karena waktu istirahat hampir usai. Lonceng pun berbunyi, pelajaranpun siap dimulai.
Setelah kejadian itu, anak buahnya selalu mengejarku. Tetapi sebelum meraka menangkapku,aku pasti selalu “satu langkah” didepan mereka. Aku selalu bisa meloloskan diri. Setiap lonceng istirahat berbunyi mereka pasti akan mengejarku. Dan aku sudah merencanakan bagaimana cara meloloskan diri sebelumnya. Itulah kegiatanku selama beberapa minggu.
Hingga akhirnya mereka berhasil mendesakku ke sebuah ruangan, ruangan itu adalah sebuah gudang tua di pusat kota. Kejadian itu terjadi setelah sekolah bubar. Setelah berhasil mendesakku, mereka mendekatiku secara perlahan. Sekitar 3 orang melompat masuk dari luar, 1 diantaranya membawa tongkat. Setelah itu Maman masuk. Akan terjadi perkelaahian disini.
2 orang mendekatiku, orang pertama mengarahkan tinjuannya ke kepalaku kemudian ku menepisnya dan langsung aku memukulnya mundur. Sedangkan orang kedua berusaha memukul punggungku, tetapi sebelum pukulannya mengenaiku aku berhasil menghindarinya. Kemudian aku menendang dadanya yang membuatnya jatuh tersungkur. Kemudian sebuah pukulan mendarat diperutku. Aku terpukul mundur sejauh 3 meter. Situasi ini membuatku makin terdesak. Sekarang, didepanku terdapat 3 musuh. Pada saat ini aku sibuk berpikir. Kemudian orang yang membawa tongkat maju mendaratkan tongkatnya ke kakiku. Situasi semakin memburuk. Ia kembali maju,kali ini mengarahkan tongkatnya ke kepalaku. Kali ini aku berhasil menepisnya, beruntung saat aku menepis tongkat itu terpental jauh. Membuat orang itu tidak bisa menggunakan senjatanya. Tetapi tetap saja, mereka 3 orang! Mustahil bagiku untuk mengalahkan semuanya. Hingga seseorang melompat ke dekatku. Wajah yang sangat kukenali itu ikut begabung melawan 3 musuhku tadi. Ia adalah Cebong,temanku. Aku dan Cebong kemudian maju kedepan,memukuli musuh. Banyak pukulan yang Cebong dan aku lesatkan. Aku dan Cebong membalikan keadaan. 3 orang itu jatuh tersungkur. Sekarang lawan ku adalah Maman. Apakah aku akan menang??siapa tahu. Aku dan cebong mulai berlari ke arahnya. Maman juga mulai berlari ke arahku.
Kami mulai bertarung. Pertarungan sangat sengit. 10 menit berlalu, hingga akhirnya ada suatu pukulan yang mendarat di kepala Maman membuatnya pingsan. Setelah mengetahui Maman pingan, kami bergegas menjauh dari gudang tua itu sebelum orang-orang sadar. Siapa sangka?kami berhasil mengalahkan Maman. Setelah kejadian itu Maman menghilang. Apakah dia bersembunyi? atau dia sedang mengumpulkan kekuatan? Semua orang tidak tahu.

Comments